Ibrani 11:1
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 149; Wahyu 5; Ester 3-4
Mengenai iman, kita sudah sangat sering membicarakannya. Pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar memahaminya? Buat sejenak, ayo kita kembali pada cerita Tembok Yerikho. Para imam berjalan mengelilingi tembok, meniup sangkakala, kemudian diakhiri dengan sebuah sorakan yang menakjubkan (Yosua 6).
Kemudian, apa yang terjadi? Tembok itu runtuh. Apakah itu karena ada goncangan gempa buni? Bukan. Itu adalah iman mereka yang percaya pada setiap perkataan Tuhan. Mereka melakukan apa yang Tuhan katakan dengan penuh iman dan ketaatan. Kemudian, pada waktu yang tepat, mereka bersorak untuk meruntuhkan tembok Yerikho.
Iman tidak menunggu tembok Yerikho runtuh. Imanlah yang membuat tembok Yerikho itu runtuh.
Ketika kita merasa tidak ingin menyerukan dan bersorak pujian dan kemenangan tentang cobaan atas keadaan kita, itulah saat yang paling tepat untuk melakukan. Kita harus mengikuti perkataan Tuhan, kemudian menyerukan kemenangan Tuhan kepada tembok atau gunung yang ada dalam hidup kita tersebut. Lihat, semua itu akan hancur, sebab Tuhan sendiri yang bekerja atas kemenangan itu.
Memperkatakan dan bersorak adalah tindakan yang perlu kita lakukan. Inilah tindakan kita terhadap apa yang kita yakini. Ini adalah kunci untuk melihat tembok permasalahan itu runtuh.
Tuhan mengatakan kepada Yosua bahwa Dia akan memberikan kota Yerikho kepadanya, beserta berapa lama waktu yang diperlukan untuk memprosesnya. Ketika kita menunggu situasi untuk berubah, kita seringkali menyerah terlalu cepat.
Padahal, hal yang perlu dilakukan adalah untuk terus percaya. Ketika Tuhan mengungkapkan waktu kemenangan kita, maka inilah waktunya untuk bersorak. Di waktu yang tepat, bersoraklah. Waktu Tuhan adalah waktu yang paling tepat dan sempurna.
Kita berkeliling mengikuti perintah Tuhan. Kita meniup terompet begitu mendengar suara yang mendesak atas suatu situasi. Tuhan berbicara kepad aroh kita dan itulah yang memberi kita iman. Maka, kita akan tahu kalau kemenangan kita hanya tinggal beberapa putaran.
Mari kita berpegang dengan teguh pada iman kita, dan jangan sampai pengarapan yang kita miliki itu goyah. Seperti yang tertulis dalam Yakobus 2:17, "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."
tembok yang ada pada cerita Yosua merupakan sebuah dinding yang kokoh dan berbentuk secara fisik. Tetapi, buat kita, tembok itu bisa berbentuk apa saja. Bisa jadi tembok rasa sakit, hutang piutang, hubungan yang hancur, atau permasalahan lainnya.
Kita harus menghidupi iman kita dan melihat bahwa kita sendiri bisa melampaui tembok tersebut. Tembok yang kokoh itu akan runtuh hanya dengan satu sorakan dan tindakan dari kita, sebagai orang yang beriman. Kita tahu kalau ketika Tuhan ada di pihak kita, tidak akan lagi ada yang bisa menang melawan kita.
Belakangan ini, saya punya kesempatan untuk menerapkannya. Cicit saya mengalami demam dan flu. Saya merasa kalau saya harus datang dan berdoa kepadanya, meskipun saya sendiri juga sedang dalam kondisi yang sakit. Setelah saya melakukannya, belum sampai satu jam setelah saya selesai berdoa, demamnya langsung turun. Inilah saatnya dimana iman kita tidak harus menunggu.
Seperti halnya bersorak agar tembok itu runtuh, saya bersikap seperti apa yang Tuhan katakan. Meskipun saat itu saya sedang tidak punya iman yang besar, saya tahu pasti bahwa saya harus beriman dan meninggalkan sisanya kepada Tuhan.
Jadi, ketika kita punya tembok yang rasanya harus diruntuhkan, cobalah untuk mulai perkatakan dan bersoraklah sebab iman bukanlah sesuatu yang harus ditunggu, tetapi harus dilakukan.
Hak Cipta © Cathy Irvin. Digunakan dengan izin.